Wednesday 24 April 2013

Teknologi dan Media

Penjelasan Umum 
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berpengaruh terhadap penggunaan alat bantu mengajar di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan leinnya. Dengan kemajuan teknologi, perkembangan pendidikan di sekolah semakin lama semakin mengalami perubahan dan mendorong berbagai usaha perubahan. Kemajuan dan peranan teknologi sudah sedemikian menonjol, sehingga penggunaan alat, perlengkapan pendidikan, media pendidikan, dan pengajaran di sekolah-sekolah mulai disesuaikan dengan kemajuan.


Teknologi 
Kata teknologi berasal dari Yunani  Technologia, Techne  berarti kemampuan dan Logia berarti ungkapan. Menurut Wikipedia (Smaldino, 2006) teknologi berkaitan dengan pemanfaatan dan pengetahuan tentang peralatan dan keterampilan/keahlian. Sedangkan teknologi pengajaran adalah pemanfaatan dan pengetahuan spesifik dari peralatan  dan keterampilan dalam pendidikan. Dengan begitu segala sesuatu dan berbagai keterampilan yang dapat digunakan, bermanfaat serta membantu proses pendidikan dapat kita sebut sebagai teknologi pengajaran.
Untuk dapat menggunakan teknologi, guru harus memiliki kemampuan dan berpengalaman dalam melaksanakan praktek pengajaran di dalam kelas. Teknologi dapat diterapkan dalam semua bagian kurikulum, guru juga perlu memilih teknologi yang tepat untuk mendukung pelaksanaan proses pengajarannya. Misalnya untuk mendukung proses pembelajaran jarak jauh, maka guru dapat menggunakan perangkat komputer dan penggunaan internet. Dengan penggunaan teknologi siswa tidak lagi terbatas oleh ruang kelas untuk mendapatkan berbagai informasi yang mendukung pembelajarannya, melainkan dengan penggunaan teknologi komputer dan internet, dunia dapat menjadi ruang kelas bagi siswa. Selain itu teknologi juga dapat menyimpan berbagai informasi (teks, audio, visual dan film) dalam bentuk format digital seperti CD dan DVD. Dengan demikian penggunaan teknologi yang tepat diharapkan dapat membantu guru mempermudah dan meningkatkan kualitas pengajarannya.
  
Media 
Media berasal dari bahasa Latin medium yang berarti antara, yakni apa saja yang membawa informasi antara sumber pesan dan penerimanya. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of education and Communication Technology / AECT) membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Gagne (1970) menyatakan behwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. sementara itu Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dpata menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. buku, film, kaset, film bingkai merupakan beberapa contoh media pembelajaran.
Sementara Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA), memiliki pendapat yang berbeda tentang media. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Dari beberapa defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat, sehingga media dapat menarik perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat didefenisikan media sebagai sebuah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan dari penggunaan media adalah untuk memudahkan komunikasi dan belajar. Ada enam kategori dasar media, yaitu :
  • Teks, yakni karakter alfanumerik yang dapat ditampilkan dalam berbagai format, seperti buku, poster, layar komputer, papan tulis dan lain-lain. 
  • Audio, yakni segala sesuatu yang dapat didengar, seperti suara orang, musik, suara bising, dll. 
  • Visual, yakni segala sesuatu yang dapat kita lihat, misalnya diagram pada poster, gambar, buku, dll. 
  • Video, yakni media yang menampilkan gerakan, misalnya rekaman video, animasi komputer, DVD, dll. 
  • Perekayasa, yakni segala sesuatu yang bersifat tiga dimensi dan dapat disentuh, misalnya benda-benda. 
  • Manusia, seperti guru, siswa, ahli bidang studi dll.
Dari semua kategori media ini, kita dapat memilih dan menggunakan berbagai kategori media yang kita butuhkan dan dapat mendukung proses pembelajaran di kelas.


Format Media 
Format media adalah bentuk fisik yang didalamnya terdapat pesan yang akan ditampilkan. Format media biasanya akan disesuaikan dengan jenis medianya, misalnya untuk visual dan teks, dapat menggunakan format media papan tulis penanda, untuk teks dan visual, dapat menggunakan format slide powerpoint, untuk suara dan musik dapat menggunakan format Compact Disc (CD). Untuk menampilkan video, dapat menggunakan format DVD, dan untuk audio, teks dan video dapat menggunakan format komputer multimedia. Setiap format ini memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri dalam menyampaikan pesan yang akan ditampilkan.
 Untuk memilih dan menentukan format media kita perlu mempertimbangkan  berbagai faktor, seperti jumlah media dan teknologi yang tersedia, keragaman siswa, dan tujuan yang harus dicapai. Selain itu untuk memilih format media, guru juga perlu memperhatikan situasi /keadaan dimana pengajaran berlangsung (kelompok kecil atau besar), variabel siswa, dan juga sifat tujuan yang ingin dicapai (kognitif, afektif, psikomotor), serta kemapuan dalam menyajikan format media.

Bahan-Bahan Pengajaran 
Bahan-bahan pengajaran adalah benda-benda spesifik  yang digunakan dalam sebuah pelajaran yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Bahan-bahan pengajaran haruslah dirancang dan dimanfaatkan dengan baik, karena interaksi antara siswa dengan bahan-bahan pengajaran ini akan menciptakan  dan memperkuat proses belajar yang sebenarnya. Bahan pengajaran yang kuat, dirancang dengan baik, disimpan, digunakan kembali dan dimanfaatkan dalam berbagai cara, sedangkan sebaliknya, bahan pengajaran yang lemah, yang tidak tersusun dengan baik akan menghasilkan belajar yang terbatas. Bahan ajar yang baik, haruslah dirancang, di buat, dan disajikan dengan seoptimal mungkin agar memberikan dampak terhadap belajar siswa.

Rangkaian Kesatuan Konkret-Abstrak 
Proses pembelajaran berlangsung dari pengalaman konkret/nyata sampai pengalaman yang abstrak. Sebagaimana yang ditunjukan Edgar Dale (1969) dalam Cone Of Experience yang menyarankan agar kita memulai belajar dengan siswa sebagai peserta dalam pengalaman aktualnya, kemudian pindah ke siswa sebagai pengamat kejadian aktual, siswa sebagai pengamat kejadian melalui perantara, dan akhirnya siswa dapat mengamati simbol-simbol yang mewakili sebuah kejadian. Menurut Dale (Smaldino, 20..) siswa bisa memanfaatkan kegiatan pembelajaran yang lebih abstrak sehingga siswa dapat membentuk sekumpulan pengalaman yang lebih konkret untuk memberi makna pada representasi kenyataan yang lebih abstrak. Pada waktu siswa menuju ke pengalaman yang lebih abstrak, siswa akan mendapatkan informasi yang lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat. Siswa dapat memperoleh banyak informasi dengan waktu yang singkat melalui teks, atau audio, dengan syarat siswa memiliki pengetahuan dan pengalaman prasayarat untuk memahami simbol-simbol verbal tersebut.
Menurut Jrome Bruner (1966 dalam Smaldino, 2008) urutan dimana siswa melihat material berdampak langsung pada kemampuan mereka menyelesaikan tugas. Ketika tugas disajikan pada orang dewasa yang tidak mempunyai pengalaman yang relevan, belajar akan lebih mudah jika pembelajaran mengikuti urutan dari pengalaman konkret ke penyaajian yang abstrak (simbolis). Dengan semakin berkembangnya imu pengetahuan, saat ini orang cenderung beralih dari fokus pada pengajaran ke penekanan pada belajar. Dimana saat ini terjadi peralihan penggunaan media yang dulu digunakan guru dalam kelas, dan sekarang teknologi dan media digunakan siswa kapan dan dimana saja.

Belajar 
Belajar didefinisikan sebagai perubahan terus menerus dalam kemampuan yang berasal dari pengalaman pelajar dan interaksi dengan dunia (Discroll, 200 dalam Smaldino, 2008). Menurut John Dewey (1916) sebagian besar kita tidak belajar dengan cara diberi tahu, tapi dengan berbuat. Belajar merupakan pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang baru ketika seseorang berinteraksi dengan informasi dan lingkungan (Smaldino, 2008)

Jenis-Jenis Belajar
Ranah Kognitif
Menurut ranah kognitif, belajar menggunakan serangkaian kemampuan intelektual  yang dapat dikelompokkan dalam informasi verbal, visual, atau keterampilan intelektual. Belajar verbal melibatkan proses mengingat, atau mengingat kembali fakta/informasi. Sedangkan keterampilan intelektual membutuhkan penerapan kemampuan berpikir kritis dan manipulasi informasi.

Ranah Afektif
Ranah afektif melibatkan sikap, perasaan dan nilai-nilai. Tujuannya adalah menstimulasi minat terhadap suatu hal, mendorong perilaku sosial dan memiliki standar etika dalam memanfaatkan internet.

Ranah Psikomotor
Menurut ranah ini, belajar melibatkan keterampilan atletik, manual dan keterampilan fisik lainnya. Tujuannya adalah untuk kemampuan kegiatan mekanis tertentu, penggunaan berbagai peralatan, dll.

Ranah Interpersonal
Menurut ranah ini belajar melibatkan interaksi antara orang-orang. Kemampuan interpersonal merupakan keterampilan orang untuk berhubungan secara efektif dengan orang lain.

Perspektif Psikologis mengenai belajar
Perspektif Behavioris
B.F. Skinner, yang melahirkan teori penguatan,  memperlihatkan bahwa penguatan atau memberi ganjaran pada respons yang diinginkan, dapat membentuk pola perilaku organisme. Menurut Skinner dengan serangkaian penguatan akan muncul pengajaran terprogram yang belakangan berkembang menjadi pengajaran dibantu komputer. Menurut para tokoh aliran behavioris proses belajar dapat dilihat dari perilaku yang diamati.

Perspektif Kognitifis
Para kognitifis berkontribusi dalam teori belajar dengan menciptakan model-model tentang bagaimana siswa menerima, memproses dan merekayasa informasi. Menurut tokohnya Jean Piaget (1977), psikolog kognitif menelusuri proses mental yang digunakan individu dalam menanggapi lingkungan mereka. Kognitifisme membahas bagaimana orang berpikir, menyelesaikan masalah dan membuat keputusan. Para kognitifis menciptakan sebuah model mental dari ingatan jangka pendek dan jangka panjang, yang akan digunakan untuk menyimpan informasi. Informasi baru dapat disimpan pada ingatan jangka pendek, dan kemudian informasi tersebut dapat digabungkan dengan keterampilan dalam memori jangka panjang untuk mengembangkan strategi kognitif atau keterampilan untuk mengatasi hal-hal yang sulit. Dengan begitu, siswa tidak lagi tegantung pada guru, tapi lebih mengandalkan strategi kognitif mereka sendiri dalam memanfaatkan sumber daya belajar yang tersedia.

Perspektif Konstruktivis
Menurut konstruktivisme keterlibatan siswa dalam pengalaman yang bermakna sebagai  inti sari dari pembelajaran empiris. Konstruktivisme menekankan bahwa siswa menciptakan penafsiran mereka sendiri tentang dunia informasi. Siswa akan mendapatkan pengalaman belajar sebagai pengalaman mereka sendiri, dan tujuan pengajaran adalah tidak untuk mengajarkan informasi, tetapi menciptakan situasi, sehingga siswa dapat menafsirkan informasi bagi pemahaman mereka sendiri. Peran pengajaran adalah memberikan siswa cara untuk menyusun pengetahuan , bukan untuk membagi fakta. Menurut ahli perspektif, belajar efektif adalah ketika siswa terlibat dalam tugas autentik yang mengaitkan konteks bermakna, yakni learning by doing.

Perspektif Psikologis Sosial
Psikolog sosial memusatkan belajar terhadap efek organisasi sosial. Menurut Robert Slavin (Smaldino,2008) belajar kooperatif akan lebih efektif dan lebih menguntungkan secara sosial dibandingkan belajar kompetitif secara individual. Slavin mengembangkan seperangkat teknik belajar kolaboratif yang mencakup prinsi-prinsp kolaborasi kelompok kecil, pengajaran yang dikendalikan siswa dan adanya ganjaran (reward) berdasarkan pencapaian kelompok. Dengan adanya berbagai jenis perpektif dan teori belajar ini, guru dapat memilih dan menentukan apa yang akan digunakan, yang tentunya disesuaikan dengan kondisi/situasi belajar serta tujuan pembelajaran.

 Peran Teknologi dan Media dalam Belajar 
Teknologi dan media memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang berpusat pada guru dapat menggunakan teknologi dan media untuk mendukung penyajian pembelajaran. Sedangkan untuk pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa dapat menjadi pengguna utama teknologi dan media tersebut.
Penggunaan media pembelajaran telah memberikan keuntungan dalam proses pembelajaran dalam waktu yang lama. Baru-baru ini, telah terjadi peningkatan pembuktian, bahwa hasil penggunaan media pembelajaran bersifat positif apabila benar-benar dirancang secara hati-hati. Media pembelajaran akan berkualitas tinggi jika digunakan sebagai bagian integral dari pembelajaran di kelas dan pelatihan atau sebagai sarana utama pembelajaran secara langsung. Kemp(1998) mengemukakan ada sembilan hasil yang didapatkan dengan menggunakan media pembelajaran adalah :
  1. Isi dari topik dapat lebih hati-hati dipilih dan terorganisir. Ketika merencanakan sebuah produksi media atau memeriksa bahan sebelum memilih media untuk digunakan, seseorang harus memberikan perhatian rinci pada materi pelajaran. Proses ini memungkinkan seseorang untuk berpikir dan memilih struktur isi untuk mempermudah pemahaman dan penggunaan. 
  2. Penyampaian pembelajaran dapat lebih standar. Setiap pelajar melihat dan mendengar presentasi media dan pelajar akan menerima pesan yang sama. Pengajar dapat saja menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda, namun dengan menggunakan media yang bervariasi, hal itu dapat diminimalisir, maka dengan menggunakan media, informasi yang sama dapat dikomunikasikan kepada semua peserta didik sebagai dasar untuk pembelajaran selanjutnya, praktek, dan aplikasi. 
  3. Pembelajaran dapat lebih menarik. Ada faktor yang harus mendapatkan perhatian terkait dengan media pembelajaran yang membuat pebelajar dapat mengingat siombol, dan konsep-konsep tertentu. Kejelasan dan koherensi pesan, daya tarik gambar yang berganti-ganti, penggunaan efek khusus, dan dampak dari ide-ide yang dapat membangkitkan rasa ingin tahu, menyebabkan penonton(siswa) untuk tertawa atau menjadi bijaksana, semua faktor berkontribusi terhadap aspek menciptakan motivasi dan ini merupakanaspek yang harus ada dalam media pembelajaran. 
  4. Belajar menjadi lebih interaktif melalui penerapan teori belajar yang diterima. Isi media pembelajaran dapat diatur dan disajikan dengan cara mewakili pembelajaran yang baik. Ketika merancang media, beberapa prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan adalah seperti partisipasi peserta didik, umpan balik, dan penguatan, dimana semua itu dapat secara aktif melibatkan peserta didik dalam pengalaman belajar. Interaksi terus-menerus antara pelajar dan media dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih efektif dan mengantarkan pembelajaran pada tingkat intelektual yang lebih tinggi. 
  5. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi. Kebanyakan media presentasi memerlukan waktu yang singkat untuk mengirimkan pesan kepada peserta didik. Tetapi selama periode yang singkat ini, sebagian besar informasi dapat dikomunikasikan dan diserap oleh peserta didik. Hal ini dapat menyebabkan efisiensi yang lebih besar dalam penggunaan waktu bagi pengajar dan pelajar selama berlangsungnya pembelajaran. 
  6. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan. Ketika ada integrasi antara gambar dan kata-kata, media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen pengetahuan secara terorganisir dengan baik, lebih spesifik, dan jelas. Akibatnya, dengan materi pembelajaran yang sesuai dengan penggunaan media yang tepat, maka diharapkan belajar dapat mencapai tingkat kompetensi yang diharapkan. Selain itu, pembelajaran dengan menggunakan media dapat bertahan lebih lama daripada membaca atau belajar verbal. 
  7. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana pun diinginkan atau diperlukan. Ketika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara mandiri, maka pelajar dapat belajar di waktu dan tempat yang nyaman secara mandiri. Fleksibilitas ini sangat penting bagi seseorang yang harus mengintegrasikan kegiatan penelitian dengan tanggung jawab pekerjaan dan pribadi. 
  8. Sikap positif seseorang, yaitu apa yang mereka pelajari dan proses belajar yang mereka lakukan dapat ditingkatkan sesuai dengan kesadaran diri masing-masing. Peserta didik sering mengekspresikan preferensi untuk menggunakan media sebagai sarana belajar. Hal ini mungkin karena aspek motivasi berkontribusi dalam pembelajaran, bahwa media dapat membuat orang sukses dalam belajar. Seseorang dapat melakukan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan memuaskan dengan media pembelajaran. 
  9. Peran pendidik dapat berubah ke arah yang positif. Selain penggunaan media pembelajaran dapat bermanafaat dalam mengarahkan peserta didik dan prestasi belajarnya, media juga memberikan keuntungan bagi pendidik. Pertama, beban untuk mengulang penjelasan terhadap materi pelajaran dan keterampilan dapat dihilangkan. Kedua, pendidik  tidak harus menyajikan informasi secara lisan, aspek yang mungkin lebih penting yaitu seperti memberikan perhatian dapat dilakukan. Ketiga, pendidik dapat meningkatkan kesempatan untuk memenuhi peran menjadi konsultan dan penasihat bagi para peserta didik.

Secara keseluruhan, sembilan hasil menggunakan media diatas, menunjukkan melalui penggunaan media baik efisiensi belajar dan sikap positif terhadap pembelajaran, dapat ditingkatkan. Setiap orang harus memutuskan mana dari kontribusi ini harus mendapat perhatian ketika merencanakan dan memproduksi media untuk pembelajaran.
Secara umum penggunaan media pembelajaran dapat dilakukan oleh guru dan siswa, penggunaan media juga memberikan manfaat bagi keduanya, antara lain sebagai berikut (Smaldino,2008):
Pemanfaatan teknologi dan media oleh guru
Teknologi dan media biasa digunakan untuk mendukung pembelajaran yang berpusat pada guru. Teknologi dan media dapat membantu guru menjelaskan materi pelajaran. Guru dapat merancang bahan pengajaran dengan baik untuk meningkatkan  dan memajukan pembelajaran. Perencanaan dan pemilihan sumber daya yang tepat dan cermat akan mempengaruhi keefektifan bahan pengajaran tersebut.

Model ASSURE
Untuk meningkatkan proses belajar siswa, guru haruslah menciptakan lingkungan belajar yang tepat. Guru harus terlebih dahulu mengetahui karakterstik siswanya, selain itu guru harus menetapkan tujuan, memilih strategi, teknologi dan media serta bahan yang tepat. Teknologi dan media harus digunakan dengan tepat agar dapat mendorong siswa belajar. Guru dapat melibatkan siswa melalui latihan dan umpan balik yang tepat. Kemudian, guru bisa menilai para siswa, pengalaman belajar, dan komponennya serta melakukan revisi.
Model ASSURE dikembangkan sebagai suatu bantuan perencanaan untuk membantu memastikan bahwa teknologi dan media digunakan untuk memperoleh keuntungan maksimum, tidak hanya sebagai pengganti untuk pesan cetak dan lisan. Model ASSURE ini menyediakan sebuah proses yang sistematis untuk menciptakan pengalaman belajar. Salah satu peran penting teknologi dan media adalah sebagai katalisator untuk perubahan dalam lingkungan pembelajaran secara keseluruhan. Penggunaan media yang efektif mengharuskan guru menjadi lebih baik dari sebelumnya, memikirkan tujuan, mengubah rutinitas kelas setiap hari, dan melakukan penilaian untuk menentukan pengaruh pembelajaran pada kemampuan mental, perasaan, nilai-nilai, keterampilan interpersonal dan keterampilan motorik.

Pengajaran Tematik
Pengajaran Tematik merupakan suatu penyusunan pengajaran berdasarkan tema/topik. Pengajaran ini sering kita temukan pada tingkat sekolah dasar, dimana guru memadukan konten dan keterampilan dari banyak bidang studi. Sebuah tema yang bagus haruslah menarik dan mampu mempertahankan perhatian siswa, menyediakan pengalaman pemecahan masalah, mendukung kegiatan antar disipiln ilmu  dan melibatkan berbagai teknologi dan media. Guru dapat memulai pengajaran tematik dengan berbagai pengalaman, berbagi keahlian dan membuat kesimpulan.

Pemanfaatan teknologi dan media oleh siswa
Teknologi dan media dapat digunakan siswa dengan berbagai cara untuk meningkatkan belajar. Pemanfaatan kegiatan belajar yang berpusat pada siswa dapat memberikan waktu bagi guru memeriksa, memperbaiki permasalahan siswa, berkonsultasi dengan siswa secara individu dan mengajar perorangan dalam kelompok kecil. Walaupun pembelajaran sudah menggunakan teknologi dan media, namun bukan berarti teknologi dan media menggantikan peran guru, melainkan membantu para guru untuk mengelola pengalaman belajar secara kreatif tidak saja sebagai pemberi informasi.
Dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan, saat ini siswa dapat menggunakan berbagai teknologi yang ada, misalnya dengan adanya komputer dan media pengajaran interaktif yang membuat siswa dapat belajar mandiri. Selain itu siswa juga dapat menggunakan sumber daya online yang tersedia untuk siswa. Dengan sumber belajar online ini, siswa dapat mencari beragam informasi dan menambah pengetahuannya kapan dan dimana saja dengan tetap memperhatikan panduan hak cipta. Ada dua pemanfaatan penting teknologi dan media bagi siswa, yaitu :
Portofolio
Portofolio adalah kumpulan karya siswa yang menggambarkan pertumbuhan /perkembangan siswa dalam suatu periode waktu. Portofolio meliputi artefak, benda-benda/bahan yang dibuat siswa, seperti buku gambar, video, proyek multimedia, dll, dan siswa juga dapat menuliskan refleksi pada karya mereka. Penilaian portofolio bertujuan untuk mengukur prestasi siswa dengan kemampuan mereka untuk menciptakan produk nyata, menerangkan dengan contoh kecakapan mereka dalam dari segi  analisis, sintesis dan evaluasi.
Protofolio menampilkan gambaran luas mengenai pengetahuan siswa dan apa yang dapat dilakukan siswa. Portofolio dapat menampilkan proses, produk, serta pertumbuhan siswa. Refleksi akan menjadi suatu komponen penting bagi portofolio siswa. Siswa dapat menilai pekerjaan mereka sendiri dan meningkatkan pekerjaan dan kemampuan mereka.

Pembelajaran Jarak Jauh
Pembelajaran jarak jauh merupakan suatu pendekatan di bidang pendidikan yang saat ini berkembang pesat di seluruh dunia. Banyak organisasi, lembaga dll yang menggunakannya, seperti lembaga perguruan tinggi yang memanfaatkan pendidikan jarak jauh untuk mendapatkan lebih banyak mahasiswa yang terpisah secara geografis, dan memiliki akses terbatas di ruang kelas. Karakter pembeda dari pendidikan jarak jauh ini adalah pemisahan dari tim pengajaran dan siswa selama pembelajaran.
 Pendidikan jarak jauh menggunakan teknologi dan media untuk menyampaikan pembelajaran, seperti video, program komputer, dll yang dikirim kepada siswa secara perorangan. Teknologi dan media ini dapat dimanfaatkan siswa dengan efektif dalam kegiatan belajar mandiri. Selain itu pendidikan jarak jauh juga menggunakan radio, siaran televisi, telekonferensi secara langsung antara siswa dengan guru. Teknologi dan media ini memberikan kesempatan bagi siswa yang berbeda lokasi untuk dapat saling berkomunikasi, misalnya dengan adanya fasilitas blog, chatting, papan diskusi, dll untuk mendukung proses pembelajaran jarak jauh.


Penataan Belajar 
Lingkungan belajar merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam penataan belajar. lingkungan belajar merupakan lingkungan atau situasi fisik yang didalamnya diharapkan berlangsung proses pembelajaran. Ada banyak tempat yang dapat menjadi lingkungan belajar, seperti ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, pusat sumber belajar, pusat media, taman bermain, rumah, dll. Yang membedakan setiap lingkungan belajar adalah dari segi ukurannya, penataan, pencahayaan, susunan tempat duduk, serta orientasi guru dan siswa. Ada dua jenis lingkungan belajar, yaitu :

Dalam waktu Bersamaan (synchronous)
Pengajaran dalam waktu bersamaan (synchronous) terjadi dimana para pelajar harus menghadiri pembelajaran pada waktu yang sama, misalnya presentasi dalam kelas, siaran tv, telekonferensi, dll. Ada dua macam pembelajaran dalam waktu bersamaan yaitu pembelajaran langsung dan tidak langsung. Pembelajaran langsung  yakni terjadi pada waktu dan tempat yang sama bagi semua  pelajar, misalnya pembelajaran di ruang kelas, dll.
Sedangkan pembelajaran tidak langsung yakni pembelajaran yang beralangsung di waktu yang sama, tapi dengan tempat yang berbeda, misalnya seperti pembelajaran jarak jauh. Walaupun dalam pembelajaran jarak jauh, sulit untuk menyatukan siswa dalam satu tempat, tapi pembelajaran ini masih membutuhkan sifat pengajaran tatap muka, misalnya melalui telekonferensi, ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap orang dapat menerima pesan yang sama pada waktu yang sama, dan memungkinkan interaksi dua arah pada saat itu juga(real-time). Salah satu contoh pendidikan jarak jauh yang ada saat ini adalah sekolah lanjutan virtual, sekolah SMP Terbuka, dan universitas terbuka. Pendidikan jarak jauh ini diberawal karena adanya kebutuhan untuk menyediakan akses setara bagi siswa yang tinggal di tempat-tempat yang jauh/ daerah-daerah kecil.

Tidak dalam Waktu Bersamaan (Asynchronous)
Pembelajaran tidak dalam waktu yang bersamaan memungkinkan para pelajar yang berbeda untuk merasakan konten yang sama pada waktu yang berbeda., misalnya dengan belajar mandiri, menggunakan komputer, CD interaktif,web tutorial dll. Pengajaran dalam waktu tidak bersamaan dapat diakses siswa pada waktu berbeda dan ditempat berbeda pula. Siswa dapat berinteraksi melalui fasilitas chatting, ruang diskusi, grup, dll. Interaksi kelompok ini bermanfaat bagi para siswa untuk memiliki waktu  untuk memikirkan pertanyaan/persoalan dan saling menanggapi. Adanya keharusan untuk berinteraksi terus menerus dengan bahan dan mendapatkan umpan balik mengenai kemajuan tiap tahapan belajar akan menentukan keberhasilan pendekatan pembelajaran ini. Pendekatan ini memungkinkan para siswa untuk memulai dan mengakhiri pengajaran kapan saja dan emnentukan kemajuan belajarnya sendiri.
Proses merancang program pembelajaran, dapat diklasifikasikan lagi menjadi belajara mandiri dengan modul tunggal, sebuah unit lengkap, atau total pelatihan yang menggunakan tujuan, dan prosedur yang sistematis. Empat elemen dalam proses pembelajaran, antara lain peserta didik, tujuan, metode, dan evaluasi, merupakan sebuah bentuk kerangka prosedur pengembangan pembelajaran. Selain itu, ada faktor-faktor lain yang dapat mendukung atau berhubungan dengan keempat elemen diatas. semua potongan, dapat kita kembangkan dalam perencanaan, dimana komponen-komponen ini saling berkaitan (Kemp, 1998):
  1. Menilai kebutuhan belajar untuk merancang program pembelajaran, tujuan, kendala, dan prioritas yang harus diambil. 
  2. Pilih topik atau tugas-tugas pekerjaan yang harus menunjukkan tujuan umum. 
  3. Memeriksa karakteristik peserta didik yang harus mendapat perhatian selama perencanaan. 
  4. Mengidentifikasi isi pelajaran dan menganalisa tugas yang berkaitan dengan topik. 
  5. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh peserta didik dalam hal isi pelajaran dan tugas-tugas pekerjaan. 
  6. Melalui pretesting, dapat menentukan persiapan peserta didik untuk mempelajari topik. 
  7. Pilih kegiatan mengajar / metode pembelajaran dan desain untuk mencapai tujuan pembelajaran. 
  8. Pilih sumber daya (termasuk media) untuk mendukung kegiatan. 
  9. Tentukan layanan dukungan yang diperlukan untuk mengembangkan dan melaksanakan kegiatan dan akuisisi atau memproduksi bahan-bahan. 
  10. Bersiaplah untuk mengevaluasi pembelajaran dan program dalam hal pencapaian tujuan, dengan maksud untuk merevisi dan menilai kembali setiap fase dari rencana pembelajaran yang perlu perbaikan.

Bagaimanapun bentuk pembelajaran yang akan dilaksanakan, sebelum merancang media pembelajaran, terlebih dahulu yang perlu diperhatikan oleh guru adalah konten pembelajaran. Konten pembelajaran merupakan inti dari proses pembelajaran. Selain itu, untuk ketepatan dalam pemanfaatan media, Nana Sudjana (1990) mengungkapkan, dalam memilih media pembelajaran untuk kepentingan pembelajaran sebaiknya guru memperhatikan beberapa kriteria-kriteria berikut ;
  1.  Ketepatannya, dengan tujuan pembelajaran, dimana media pembelajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan pembelajaran yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis lebih memungkinkan digunakannya media pembelajaran. 
  2. Media pembelajaran mendukung terhadap isi bahan pembelajaran, artinya bahan pembelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi sangat tepat disampaikan bila didukung dengan menggunakan media pembelajaran. 
  3. Keterampilan guru dalam menggunakannya, apapun jenis media yang akan digunakan oleh guru dalam menunjang proses pembelajaran, hal yang terpenting adalah guru harus mampu menggunakan dalam mengoperasionalkan media dalam proses pembelajaran. 
  4. Tersedianya waktu untuk menggunakan media, sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. 
  5. Sesuai dengan taraf pemikiran siswa, dalam memilih media pembelajaran, guru harus memperhatikan aspek yaitu media harus sesuai dengan taraf pemikiran peserta didik. Dimana taraf pemikiran tiap-tiap peserta didik berbeda-beda sesuai dengan jenjang usia dari peserta didik tersebut. Jenjang pemikiran siswa SD akan berbeda dengan siswa SLTP atau SLTA.


Informasi dan Pengajaran 
Sebagai seorang pendidik, guru haruslah dapat membedakan antara informasi dengan pengajaran. Informasi merupakan pengetahuan, fakta, berita, komentar, dan konten seperti yang terdapat dalam buku, situs, dll. Setiap saat kita menerima banyak informasi. Para siswa tidak perlu bertanggung jawab untuk menyimpan dan menggunakan informasi yang dilihat/didengar. Siswa tidak perlu menyimpan semua informasi, namun cukup informasi yang mereka butuhkan. Bahkan saat ini kita bisa mencari banyak informasi dengan komputer untuk mambantu bahkan “melatih” individu, dengan bantuan sistem komputer, sistem dapat berkontribusi bagi belajar, walaupun tujuannya membantu menyediakan informasi.
Pengajaran adalah penyusunan informasi dan lingkungan untuk memudahkan belajar. Menurut Gagne (1985) pengajaran sebagai sekumpulan kejadian yang bersifat eksternal bagi para pelajar yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Lingkungan tidak hanya tempat dimana pembelajaran berlangsung, tapi juga strategi, teknologi dan media yang dibutuhkan untuk menyempaikan informasi dan memandu proses belajar siswa.

Prinsip-Prinsp Pengajaran Efektif
Menaksir pengetahuan siswa sebelumnya
Sebelum guru memberikan pembelajaran, guru harus mengumpulkan berbagai informasi terkait tentang tingkat pengetahuan dan keterampilan setiap siswa. Untuk mempelajari bahan dan kegiatan pelajaran, para siswa harus memiliki pengetahuan dan keterampilan prasyarat (Newby, Stepich, Lehman, &Russell, 2006)

Mempertimbangkan perbedaan individual
Setiap siswa memiliki kepribadian, bakat, pengetahuan , dll yang berbeda-beda. Pengejaran efektif memungkinkan individu berkembang pada tingkat yang berbeda-beda,menguasai bahan  yang berbeda, dan berpartisipasi dalam kegiatan yang berbeda-beda (Cooper & Varma, 1977).

Menyatukan tujuan
Untuk mengetahui arah pembelajaran, guru perlu merinci tujuan. Tujusn belajar harus sesuai dengan hasil atau standar yang diharapkan (Mager, 1997).

Mengembangkan Kemampuan Metakognitif
Keterampilan yang selektif dalam mengawasi, mengevaluasi, dan menyesuaikan pendekatan mereka akan meningkatkan belajar para siswa dan membantu menjadikan siswa belajar sepanjang hayat (Nelson,1992).

Menyediakan interaksi sosial
para guru dan sesama rekan siswa yang bertindak sebagai tutor dan anggota kelompok dapat menyediakan sejumlah dukungan pedagogis serta dukungan sosial (Jonassen, Howland, Moore, dan Marra, 2002)

Memasukan Konteks Realistik
Para siswa akan mengingat dan menerapkan pengetahuan yang autentik dan disajikan dalam konteks dunia nyata. Pembelajaran langsung hafal menghasilkan “ pengetahuan yang diam”, yaitu siswa mengetahui sesuatu tapi tidak bisa menerapkannya dalam kehidupan nyata (Brandsford, Brown, & Cocking, 2000).

Melibatkan para siswa dalam praktek yang relevan.
Pengalaman belajar yang paling efektif adalah yang mendorong para siswa untuk menerapkan keterampilan yang sesuai dengan hasil yang diharapkan. Partisipasi siswa akan meningkatkan kemungkinan belajar. Latihan, terutama dalam berbagai konteks, meningkatkan tingkat penyimpanan dan kemampuan menerapkan teknologi, keterampilan, dan sikap baru. Latihan mendorong belajar yang lebih mendalam, lebih lama, dan lebih awet (Morrison& Lowther, 2005).

Menyediakan umpan balik yang konstruktif, terus menerus, dan tepat waktu
Dalam pembelajaran, siswa harus mengetahui apakah pemikiran mereka benar atau salah. Umpan balik bisa berasal dari guru, tutor, pesan elektronik dari komputer, sistem skor, atau diri sendiri. Selain itu mereka juga perlu mengetahui alasan kenapa mereka gagal dan bagaimana mereka bisa meningkatkan kinerja mereka (Black&William, 1998).

Strategi
Strategi pengejaran merupakan cara melibatkan para pelajar dalam kegiatan belajar mengajar tertentu. Strategi pengajaran sebagai prosedur pengajaran yang dipilih untuk membantu para pelajar meraih tujuan mereka atau menginternalisasi konten, misalnya presentasi, demonstrasi, belajar kooperatif, permainan, penyelesaian masalah, simulasi, diskusi,praktek, penemuan, tutorial, dll.
Teknologi dan media selalu menjadi bagian integral  dari banyak strategi. Dengan memilih strategi, kita bisa memilih teknologi dna media yang sesuai untuk menerapkan dan mendukung teori tersebut.

Simpulan 
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa, teknologi dan media pembelajaran sangat erat kaitannya dalam proses pembelajaran. Dimana teknologi dan media sangat berkontribusi dalam memajukan dunia pendidikan. Teknologi dan media dapat mebantu siswa dalam melakukan proses pembelajaran yang berkelanjutan dari yang konkrit hingga yang abstrak. Penggunaan teknologi dan media memiliki peranan yang sangat besar, baik itu bagi guru, maupun bagi siswa.
Agara tepat guna dalam pemanfaatn media pembelajaran, perlu dilakukannya penataan belajar yang dilakukan oleh guru, baik itu untuk pembelajaran sinkronuous (pembelajaran dalam waktu bersamaan) dan pembelajaran asinkronous(pembelajaran dalam waktu tidak bersamaan). Hal penting yang perlu diingat sebelum menetapkan media pembelajaran yang akan dipakai oleh guru dalam proses pembelajaran, maka terlebih dahulu, guru perlu menentukan strategi apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran


 
 DAFTAR PUSTAKA
Arief Sadiman, dkk. (2009). Media Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers
Kemp, Jerrold & Dayton D,K (1998). Planning, Producing and Using Instructional Media, 6th edition. New York : Harper & Row Publishers.
Nana Sudjana, dkk. (1990). Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Bandung
Smaldino, Heinich, Molenda, Russel. (2008). Instructional Media and Technologies For Learning, (9th edition), New York : Macmillan Publishing Company.

No comments:

Post a Comment